"Jika volume oksigen yang kita hirup dalam sekali tarikan adalah 500 cc. Berapa lama lagi ya kita benar-benar kehabisan oksigen, sampai akhirnya kita mati lemas di dalam elevator ini?"
Pertanyaan saya tidak dijawab, mungkin ia tidak mendengar atau ia terlalu sibuk dengan ritualya. Didepan saya, seorang perempuan sedang memeluk lutut, menundukan kepala, memejamkan mata sambil mengoyang-goyangkan badannya kekiri dan kekanan. Berulang-ulang seperti pendulum, sehingga menghasilkan suara mengganggu dari gesekan lantai dan pakaiannya.
"Kamu sudah pernah nonton devil? film tahun 2010, yang menceritakan sekelompok orang yang terjebak di dalam elevator. Dan satu persatu dari mereka mati dengan cara yang mengenaskan"
Saya mencoba membuka pembicaraan lagi. Namun tetap tidak ada reaksi dari perempuan itu, selain posisi dan gerakan anehnya.
"Kamu tau ga? Kebanyakan orang yang mati di elevator itu adalah para teknisi yang sedang memperbaiki elevator, bukan yang terjebak seperti kita. Dan jumlah korban kecelakaan eskalator itu lebih banyak dibandingkan korban kecelakaan elevator setiap tahunnya. Jadi, kita masih punya harapan untuk selamat"
Tidak ingin mati dalam keadaan bosan, lagi-lagi saya mengajaknya berbicara.. Dan lagi-lagi saya gagal!
Sepertinya ia memang sedang tidak ingin diajak berbicara, mungkin posisi dan gerakannya adalah cara dia untuk mengatasi rasa takut. Setiap orang mempunyai cara 'meditasi'-nya masing-masing.
Kira-kira sudah hampir 30 menit kami berdua terjebak di dalam elevator ini. Saya mulai merasa kepanasan, ntah karena AC-nya yang tidak berfungsi, volume oksigen yang semakin menipis, atau karna penyebab yang lain. Saya benar-benar tidak tahu. Namun yang pasti, rasa khawatir kembali menghampiri saya. Ternyata saya memang takut mati!
Berkali-kali saya mencoba menekan tombol darurat, ngomel-ngomel di depan cctv yang tidak bisa mendengar suara saya, bahkan saya berteriak minta tolong dilubang tipis pintu elevator. Berharap ada seseorang yang mendengar dan menolong kami.
Sampai akhirnya perempuan itu berhenti dari menggerakan badannya, kemudian ia mengangkat kepala perlahan. Mengambil iphone miliknya yang berada tidak jauh dari tangan kanannya, dan ia berkata:
"Saya ingin mengucapkan pesan terakhir buat mamah, keluarga, teman-teman, dan pacar saya" dari suaranya saya tahu, ia sedang berusaha untuk tidak menangis.
Sungguh beruntung orang-orang yang sesaat sebelum menghembuskan nafas terakhirnya ditemani oleh orang-orang yang dicintainya, dan mengucapkan "saya sangat mencintai kalian"
bersambung ah~